watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

RIYANTI GADIS WARNET

Namaku Rio, seorang dokter di sebuah rumah
sakit di Jakarta Selatan, kisah yang akan
kuceritakan ini terjadi saat aku masih bertunangan
dengan istriku sekarang ini, dan terjadi berawal
dari hal yang sama sekali tidak terduga sedikitpun
olehku.
Bulan February 2001 lalu aku mengantarkan
kawanku Rudy ke bengkel Toyota di jalan ***
(edited) Jakarta. Saat tiba di bengkel, sudah
banyak mobil yang antri menunggu giliran.
Rudy tersenyum kepadaku dan bilang, “Sorry
Yo.., kayaknya loe musti nungguin lama juga
nih..”
Brengsek juga nih pikirku, biar tidak bosan, aku
pergi ke warnet di dekat situ, persisnya di sebelah
Soto Kudus, persis depan Danar Hadi.
Aku masuk, disambut oleh seorang cewek yang
ternyata adalah yang bertugas menjaga warnet
tersebut. Mulanya aku tidak begitu
memperhatikannya, berhubung hatiku lagi kesal
sekali sama ulah si Rudy tadi. Tapi ketika aku
mulai meng-klik mouse dan sedang menunggu
connect-nya internet, baru aku perhatikan bahwa
cewek penjaga ini punya wajah cukup lumayan
dan body yang oke juga. Terus terang, saat itu
juga aku terpikat oleh penampilannya, aku jatuh
hati pada “the way she look”.
Aku sibuk berpikir dalam hati, bagaimana cara
aku berkenalan dengannya? Tapi mungkin
memang takdir cara itu datang dengan
sendirinya, cewek itu tidak lama kemudian
membuka juga internet dan dia duduk persis di
belakangku, jadi posisi kami saling memunggungi
satu sama lain. Aku sempat menoleh ke belakang,
dan kulihat dia membuka situs “mIRC”.
“Kayaknya dia mau chatting nih..,” pikirku.
Ternyata benar, dia mau chatting, dan aku
sempat melihat kalau dia pake “nick” yanthie.
Langsung saja aku masuk ke “mIRC” juga, aku
call dia, eeh dia nge-reply.
Kami berkenalan, dan selama chatting itu dia
sama sekali tidak sadar kalau Rio yang sedang
ngobrol dengannya adalah cowok yang duduk
tepat di belakangnya, hihihihi. Pas sejam aku
selesai, aku bayar, aku pancing obrolan
dengannya, aku tahu sekarang namanya “Yanti”,
tepatnya “Iryanti”. Tampangnya benar-benar
membuat aku bergairah.
Aku lalu keluar, pergi ke bengkel menemui si
Rudy, mobilnya sedang dikerjakan. Aku pergi ke
telepon kartu di bengkel itu, kutelepon
penerangan “108″. Kutanyakan nomer telepon
warnet itu, setelah kudapat langsung kutelepon,
dan aku minta bicara dengan Yanti.
“Siapa nih..?” suara Yanti di seberang sana.
“Ini Rio, boleh saya kenal kamu..?” jawabku.
“Boleh aja, tapi kamu dapat nomer ini
darimana..?” tanya Yanti lagi.
“Saya yang pernah main di warnet kamu..,”
jawabku.
Dan Oh My God..! Tahu tidak Yanti bilang apa..?
“Kamu yang tadi chatting di belakang saya
khan..?” katanya.
Mati aku, dia sudah tahu rupanya. Terlanjur malu
aku mengaku saja, kalau itu benar aku, dan aku
terpesona oleh penampilan dia, tapi aku malu
untuk menegur disana, jadi aku pakai cara ini
saja.
Yanti tertawa, enak deh suaranya, kuberanikan
saja ingin menjemput dia, mau atau tidak.
Katanya dia sore ini tidak bisa, karena cowoknya
(yang akhirnya kuketahui namanya Joe)
menjemput dia.
“Gimana kalau besok lusa aja..?” katanya.
“Oke aja..” kataku.
Jadilah lusanya aku tidak praktek, jam 17.00 tepat
aku sudah sampai di warnet Yanti. Kami terus
jalan deh. Di jalan, dasar pikiran nakalku sudah di
ubun-ubun, aku tanya sudah berapa lama Yanti
pacaran sama Joe, berapa kali pacaran, terakhir
aku juga mengaku sudah punya cewek, terus aku
tanya mau tidak Yanti jadi cewekku? Yanti kaget.
“Jadi Yanti ngeduain Joe donk Yo..?” tanyanya.
“Iya sama Rio juga ngeduain cewek Rio..”
jawabku sekenanya.
“Nakal kamu Yo..” kata Yanti sambil mencubit
lenganku.
“Naaah.., kena nih cewek..!” pikirku.
Kutangkap tangannya, kupegang kuat, kuhentikan
mobilku di depan sebuah bangunan sepi dekat
Pasaraya Manggarai, kutarik Yanti ke arahku,
kucium bibirnya, Yanti mendorong tubuhku.
“Hhhmmmhh malu-malu kucing nih..” pikirku.
Terus kutarik tubuhnya sambil mengeluarkan
kata-kata gombalku. Lama kelamaan Yanti tidak
menolak lagi, dibalasnya ciumanku, dijulurkannya
lidahnya, digigitnya bibirku, kusedot lidahnya,
nikmat sekali, urat syarafku terangsang. Kuraba
pahanya, terus ke selangkangannya, Yanti
mendesah.
“Jangan Rio..” desahnya.
Aku berhenti, kuhidupkan mesin mobil,
kuarahkan mobil ke hotel ***(edited) di jalan ***
(edited) Jakarta Pusat, aku langsung parkir.
“Mau ngapain kita kesini Yo..?” tanya Yanti.
Aku tidak menjawab, kusuruh dia menunggu di
mobil, aku masuk ke dalam, aku check in di
kamar 104.
Setelah diantar ke kamar, kuhidupkan AC, lalu aku
ke mobil.
“Yan, turun yuuk..!” kataku.
“Nggak tau ah, mau ngapain sih Rio..?” kata Yanti.
Lagi-lagi kukeluarkan jurus mautku, sampai
akhirnya Yanti mau juga ikut masuk ke kamar. Di
dalam kamar kubuka celana panjangku. Dengan
hanya pakai handuk aku ke kamar mandi, saat
aku keluar kulihat Yanti sedang nonton TV.
“Film apa sih Yan..?” tanyaku sambil duduk di
sebelahnya.
“Sinetron..,” jawab Yanti pendek.
Kupandangi wajahnya, Yanti jengah juga dan
bilang, “Ngapain sih ngeliatin gitu Yo..?”
“Kamu cantik..” rayuku.
“Rio pengen ciuman kayak tadi deh..” kataku.
Kutarik tubuhnya, Yanti diam saja, kuangkat
dagunya, kupandangi lekat-lekat matanya,
kucium lembut bibirnya, Yanti memejamkan
matanya. Dibalasnya ciumanku, kujulurkan
lidahku, Yanti membalasnya, kuhisap, Yanti
membalasnya. Pikiranku benar-benar sudah
dikuasai gairah memuncak, kuciumi lehernya,
kujilati sepuasku.
“Aaacchh.., Riooo…” desahan Yanti membuatku
tambah bernafsu.
Aku berdiri di samping tempat tidur sambil tidak
lepas memandang wajahnya sedikitpun.
Kubuka bajuku, handuk, terakhir celana dalamku,
sengaja tidak kupadamkan lampu, penisku
langsung “tegak-melompat” keluar “sarangnya”.
Kulihat Yanti terkesima, kuhampiri dia, kuraih
tangannya, kuletakkan di atas penisku, kusuruh
dia melakukan gerakan “mengocok”.
“Aaahhh nikmat sekali..” desahku.
15 menit Yanti melakukan itu, kulepaskan
tangannya dari penisku, kutarik wajahnya,
kuarahkan ke penisku. Mula-mula Yanti menolak,
dengan sedikit paksaan mau juga dia. Masuklah
penisku dalam mulut mungilnya. Digerakkannya
maju-mundur berulang kali sampai basah kuyup
penisku oleh ludahnya, kurasakan spermaku mau
keluar, kutarik rambutnya.
“Stop Yanti..!” kataku.
Kini kubaringkan dia, kutelanjangi Yanti sampai
sehelai benang pun tidak ada lagi di tubuhnya.
Kupandangi tubuhnya, tampak di perut kirinya
ada tahi lalat cukup besar. Kucium bibirnya,
dagunya, turun ke lehernya, dadanya, perutnya,
kuhisap pusar dan tahi lalatnya, Yanti
menggelinjang geli. Kuteruskan ke
selangkangannya, kumasukkan jari tengahku
sambil aku terus mencium selangkangannya.
“Aaaccchhh Riiiooo niiikkkmaaatnyaaa
sayaaanggg…” desah Yanti.
Yanti mengangkat pantatnya setinggi-tingginya,
kurasakan basah vaginanya. Yanti telah orgasme
rupanya. Kini aku menaiki tubuh Yanti, penisku
pun sudah amat berdenyut mendambakan
pelampiasan pula. Kuarahkan penisku ke vagina
Yanti, kuturunkan perlahan pinggulku, tidak
sedetikpun kulepaskan pandanganku dari mata
Yanti. Kulihat Yanti menggigit bibirnya.
“Sakiiittt Riiiooo…” desahnya.
Kuhentikan sejenak, lalu kuteruskan lagi, Yanti
mendesis lagi. Kulihat butiran air mata di sisi
matanya.
“Sakit saayyyaangg..?” tanyaku.
“Iyyaaa Riiiooo, punya kamu besar sekali..” jawab
Yanti meracau.
“Mana besar sama punya Joe..?” tanyaku.
“Besar punya kamu Riooo… sakit
saaayyyaangghhh, perrriiihhh, tapiii niiikmaaatthh
sekaliii..” rintih Yanti.
Akhirnya masuk semua penisku ke dalam
vaginanya. Kutarik maju mundur, akibatnya
sungguh luar biasa, Yanti menggeram, kedua
kakinya menjepit pinggangku sekuatnya, giginya
ditanamkan di bahuku, kurasakan pedih.
Waaaahhh berdarah nih… Yanti orgasme kedua
kalinya.
Kini kuganti posisiku, Yanti kusuruh menungging,
dan dengan nafsu memuncak kutusukkan
penisku ke anusnya, kurasakan otot “spchincter
ani”-nya mencengkram erat penisku. Kugerakkan
masuk-keluar penisku, kugenggam payudaranya,
Yanti menggenggam tepi tempat tidur.
“Riiooo… saaayyyaanngghh… ciiintaaa…
eeennnaaakkhhh… Riioooo.. Rioooo…
nikmaaatthh sayaaaanggghh… terrruuussshhh
cinnntaaaa…” erang Yanti terus menerus.
Aku benar-benar nikmat, “Yaaanntiii kuhamili
kamuuuu… badan kamuuu enak bangeeettthh..”
erangku juga.
10 menit kemudian aku tidak tahan lagi, penisku
berdenyut kuat, kucengkram erat pinggul Yanti,
kusemburkan sperma hangatku dalam vagina
Yanti.
“Aaacchhh nikmat sekali…” desahku di telinganya.
Kami pun terkulai lemas.
Setelah itu beberapa kali kami mengulanginya di
hotel “xxx” dekat kantor Yanti. Sekarang Yanti
telah menikah dengan Joe. Kami masih
berhubungan lewat telepon. Semoga kamu baca
kisah kita ini Yanti. Rio sayang kamu selalu.


Adult | GO HOME | Exit
1/844
U-ON

inc Powered by Xtgem.com